Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda adalah jenis kain tenunan tradisional yang bisa didapatkan di kota Samarinda, Kalimantan Timur. Kerajinan tenun sarung ini pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam dikawasan Tanah Rendah (sekarang bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668 yang menjadi cikal - bakal pendirian Kota Samarinda.
Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang - orang Bugis ke Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18, berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur.
Sebenarnya daerah asal kerajinan tersebut ialah Sulawesi Selatan, yang datang ke Samarinda bersamaan dengan datangnya suku Bugis ke daerah ini. Sekarang terkenal sebagai hasil spesifik Samarinda, sejak abad ke 18.
Sejarahnya tentunya terkait erat dengan sejarah kedatangan keluarga Lamadu Kelleng dan Lamohang Daeng Mangkona. Dalam perantaunnya meninggalkan daerah asal, sampai ke Samarinda dan menetap di Samarinda Seberang.
Menurut lontara atau silsilah kedatangan suku bugis, berawal dari kedatangan suku Bugis ke tanah Kutai pada tahun 1665 ketika terjadi kerusuhan di kerajaan Bone. Kerusuhan tersebut terjadi saat berlangsungnya pernikahan antara putra kerajaan Goa dengan putri Sultan Bone, dimana La Ma Dukelleng menikam bangsawan tinggi kerajaan Bone ketika diadakan sabung ayam saat upacara pernikahan tersebut hingga tewas.
Maka terjadilah peperangan yang tak seimbang sehingga La Ma Dukellang beserta 3 putranya beserta 8 orang bangsawan Wajo ditambah 200 pengiring dengan kelengkapan 14 perahu layar meninggalkan Wajo menuju Tanah Kutai.
Tetapi mereka kehabisan perbekalan ditengah perjalanan dan berlabuh di pasir. Kemudian banyak orang - orang dari Wajo dan Sopeng berdatangan karena tidak tahan dijajah oleh kerajaan Bone. Karena semakin banyaknya pendatang kemudian diadakan musyawarah besar, dan dari hasil musyawarah itu Lamohang Daeng Mangkona diperintahkan pergi ke Kutai untuk berusaha, pada mulanya kerajaan Kutai dibawah pimpinan.
Pangeran Dipati Mojo Kusumo memberi rombongan Lamohang Daeng Mangkona sebidang tanah di daerah Loa Buah, tetapi kemudian diberi diwilayah Samarinda Seberang. Semenjak itu Samarinda Seberang dibangun oleh Lamohang Daeng Mangkona dan ia memerintah rakyatnya dengan gelar Pua Ado. Demikianlah bahwa sarung Samarinda sebagai salah satu hasil budaya suku Bugis yang dibawa dari tanah asalnya dan dikembangkan sebagai usaha keluarga atau home industri, sampai kini terkenal sampai mancanegara sebagai hasil budaya khas daerah Kalimantan Timur.
Pangeran Dipati Mojo Kusumo memberi rombongan Lamohang Daeng Mangkona sebidang tanah di daerah Loa Buah, tetapi kemudian diberi diwilayah Samarinda Seberang. Semenjak itu Samarinda Seberang dibangun oleh Lamohang Daeng Mangkona dan ia memerintah rakyatnya dengan gelar Pua Ado. Demikianlah bahwa sarung Samarinda sebagai salah satu hasil budaya suku Bugis yang dibawa dari tanah asalnya dan dikembangkan sebagai usaha keluarga atau home industri, sampai kini terkenal sampai mancanegara sebagai hasil budaya khas daerah Kalimantan Timur.